Liburan. Itulah hal
pertama yang terlintas di pikiran setelah dua minggu menjalani Ujian Akhir
Semester. Sebagai mahasiswa yang masih bergantung pada orang tua, terutama
masalah keuangan, aku sangat menginginkan bisa pergi berlibur ke tempat yang
indah, bagus, menarik, namun biaya murah dan terjangkau olehku dan teman-teman,
para mahasiswa.
Setelah mencari-cari
ide, browsing sana-sini, akhirnya aku dan teman-teman memutuskan untuk
menjelajahi kepulauan seribu. Indah, dekat dan murah. Hanya dengan biaya
sekitar tiga ratus ribuan per orang, aku dan teman-teman dapat berlibur di Kepulauan Seribu.
Berikut pengalamanku bersama teman-teman mengunjungi Pulau Pari, Pulau Tidung, Pulau Bira, Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau Kelor.
Berikut pengalamanku bersama teman-teman mengunjungi Pulau Pari, Pulau Tidung, Pulau Bira, Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau Kelor.
Yuk, ikuti
perjalananku dan teman-temanku!
PULAU PARI
Ini adalah perjalanan
hari pertama kami menuju Kepulauan Seribu, dan tujuan pertama kami adalah Pulau
Pari. Sejak dari menyiapkan backpack di rumah sampai perjalanan menuju Pelabuhan
Muara Angke, aku sudah membayangkan kegembiraan berada di Pulau Pari nanti. Berangkat
dari rumah sekitar jam empat pagi, karena kebetulan rumahku berada di sekitar
daerah Jakarta Selatan, jadi harus berangkat pagi untuk menghindari macet. Sampai
di Pelabuhan Muara Angke, aku mencari Tour Guide yang akan memandu menelusuri
Pulau Pari nanti, dan bertemulah dengan Sang Tour Guide.
Bersama Sang Tour
Guide, aku dan teman-teman menaiki kapal motor menuju Pulau Pari. Butuh waktu sekitar
dua jam untuk sampai di Pulau Pari dengan menaiki kapal motor dari Pelabuhan
Muara Angke. Di perjalanan, terlihat beberapa pulau, seperti Pulau Onrust,
Pulau Bidadari, dll.
Sesampainya disana,
betapa indahnya Tuhan menciptakan ini semua. Aku dan teman-temanku langsung berfoto-foto.
Kami sudah lupa dengan rasa capek yang kami rasakan dua jam berada di kapal
motor. Kami kemudian menuju homestay yang telah kami pesan untuk bermalam,
kemudian istirahat sejenak. Di homestay telah disediakan minuman segar, es
kelapa muda, minuman yang tepat untuk memulihkan rasa capek, dan ini
benar-benar khas pantai.
Setelah cukup
istirahat, aku dan teman-teman menuju ke tempat pembudidayaan pohon bakau di
Pulau Pari. Kami akan melakukan Save Mangroves. Kami mengambil satu bibit pohon
bakau, masing-masing satu bibit, kemudian menanamkannya di tepian pantai Pulau
Pari bagian Timur. Rasanya bahagia sekali menjadi bagian dari suatu acara social
atau penyelamatan lingkungan hidup seperti ini.
Selain melakukan Save
Mangroves, kami menikmati keindahan pantai di sekitarnya. Banyak sekali biota
laut disini, salah satunya bintang laut. Biota-biota laut disini, tidak boleh
diambil dan dibawa pulang, hanya boleh dilihat dan kemudian dilepas lagi demi
menjaga kelestarian alam. Selesai menikmati pemandangan pantai bakau dan biota
laut, aku dan teman-temanku bersepeda mengelilingi Pulau Pari.
Aku dan teman-temanku
merasa bangga dengan masyarakat Pulau Pari asli. Mereka sangat ramah dan sangat
memperhatikan lingkungan dan alam sekitar. Ada pembudidayaan pohon bakau, perlindungan
biota laut, perlindungan karang dan alam bawah laut dan sekitar pantai. Bahkan disekeliling
Pulau Pari sangat bersih dan tertata rapi oleh para penduduknya. Kami sangat
bangga dengan mereka ini.
Kami menuju Pantai
Pasir Perawan. Pantai yang sangat bersih. Tidak ada batu. Hanya ada pasir
putih. Dan pantai ini sangat panjang dan dangkal sampai kira-kira sati kilo
meter kea rah laut. Bersama teman-teman, aku berenang, bergembira, saling
mengambil foto, minum es kelapa muda, main volley pantai, makan keripik sukun,
buatan masyarakat setempat, yang rasanya begitu berbeda dengan keripik sukun
yang dijual di supermarket. Aku sampai menghabiskan tiga bungkus untuk aku
makan sendiri.
Benar-benar tak cukup waktu seharian kami menikmati keindahan Pulau ini. Dari pembudidayaan bakau, taman biota laut, berkeliling pulau, naik jet sky, naik banana boat dan dilempar ke laut. Kegiatan-kegiatan yang agak ekstrim untukku dan hampir tidak pernah dilakukan di kehidupan sehari-hari di Jakarta. Tapi dari kesemuanya ini, aku dan teman-temanku merasa sangat gembira.
Kami kembali menuju
homestay, untuk mandi, makan malam dan beristirahat sejenak. Air disini terasa
begitu asin. Penduduk sekitar mengatakan ini karena sudah lama sekali tidak
hujan. Tidak apalah, sekali-sekali mandi pakai air asin, seperti ikan diasinkan
hehehe …
Malam tiba. Tepat
pukul sepuluh, kami berkumpul di Bukit Matahari, dan kita mengadakan acara
barbeque ikan dan cumi-cumi disini. Beberapa anak cowok, memainkan gitar,
membuat api unggun kecil dan memasak barbeque. Aku dan teman-teman cewek,
menyiapkan tikar dan peralatan makan. Kami pun menikmati hidangan ini dengan
sangat nikmat. Tempat yang begitu romantic. Diiringi alunan gitar dan semilir
angin laut yang berhembus kencang dan dingin. Kehangatan api unggun. Benar-benar
malam yang indah.
Malam telah larut,
dan bahkan hampir pagi, namun aku dan teman-teman malas kembali ke homestay, malah
kami pergi ke Pantai Pasir Perawan untuk berenang dan menikmati Sunrise. Air
laut yang dingin di pagi hari terasa sangat menusuk tulang berrrrrrrrrr ….
Pukul enam pagi kami baru
kembali ke homestay. Kami istirahat sejenak. Mandi, tidur sejenak dan sarapan. Hanya
satu jam saja. Kami dibangunkan untuk melakukan snorkeling. Nah …. Ini dia yang
ditunggu-tunggu.
Aku dan teman-teman
memakai kostum lengkap. Peralatan snorkel dan kaki katak. Dan kami pun
berangkat menuju tempat snorkeling di Pulau Pari.
Sungguh Tuhan
menciptakan alam semesta ini dengan tanpa kekurangan. Subhanallah, disini
sangat indah sekali. Bahkan dalam kedalaman beberapa meter, terumbu karang,
ikan-ikan, dan keindahan alam bawah laut lainnya, terlihat sangat jelas dengan
mata telanjang. Aku pun tak sabar untuk menceburkan diri ke laut.
Di dalam laut aku
melihat ikan-ikan dan binatang-binatang laut lainnya berenang bebas. Begitu indahnya.
Ternyata kita dikarunia Tuhan alam yang kaya akan keindahan seperti ini. Subhanallah.
Ingin rasanya tidak
beranjak dari sini, namun waktu keberangkatan kapal motor ke Jakarta tinggal
sebentar lagi. Terpaksa aku dan teman-teman meninggalkan keindahan ini disini,
dan kami kembali ke homestay untuk mandi dan packing pulang.
Aku dan teman-teman
menaiki kapala motor kapal motor menuju Jakarta tepat pukul dua belas siang. Rasa
lelah terasa di badan, namun perasaan bahagia memenuhi dada. Baru saja kami
meninggalkan surge dunia yang diciptakan Tuhan untuk Indonesia, Pulau Pari,
Kepulauan Seribu. Dan Jakarta, kami pulang.
PULAU TIDUNG
Tak terasa satu bulan
berlalu setelah kepergianku bersama teman-teman ke Pulau Pari, dan rencana yang
telah kami buat sebelumnya, akan kami realisasikan, berwisata ke Pulau Tidung. Untuk
perjalanan kali ini, aku dan teman-teman berangkat dari Pelabuhan Marina,
Ancol, menaiki speedboat atau kapal cepat.
Berangkat dari rumah
tepat pukul lima, lebih pagi dari keberangkatan sebelumnya, menuju Pelabuhan
Marina, Ancol. Sesampainya di Pelabuhan Marina, langsung naik Speedboat yang
berkapasitas 40 orang. Sesuai namanya, kapal ini melaju cepat, tiga kali lebih
cepat dari naik kapal motor, namun untuk menaiki speedboat ini aku dan
teman-teman harus merogoh kocek sekitar empat ratus ribu per orang untuk pulang
pergi. Satu jam perjalanan ke Pulau Tidung dengan menaiki speedboat dan
akhirnya aku dan teman-temanku sampai di tempat tujuan.
Pulau Tidung terlihat
begitu ramai. Jauh lebih ramai dari Pulau Pari, pulau sebelumnya kami datangi. Dari
Pelabuhan Pulau Tidung, kami menyewa bentor atau becak motor seharga sepuluh
ribu rupiah sampai ke homestay. Seperti di Pulau Pari, kami pun mendapat
welcome drink berupa es buah disini.
Setelah beristirahat
sebentar, aku dan teman-teman beranjak menuju Jembatan Cinta dengan bersepeda. Kemudian
kami melakukan game seru bersama teman-teman, menaiki jet sky, menaiki banana
boat sampai berkali-kali, menaiki flying boat, berenang dan terjun bebas di
Jembatan Cinta, minum es kelapa muda di tepi pantai sambil makan bakso, menelusuri
Jembatan Cinta, berfoto bersama teman-teman, sampai menikmati sunset di Jembatan
Cinta.
Senja telah berlalu. Waktu
sudah bakda maghrib. Aku dan teman-teman baru beranjak pulang ke homestay untuk
mandi, istirahat, dan makan malam.
Waktu menunjukkan
pukul sepuluh malam dan kami sudah cukup beristirahat. Akhirnya aku dan
teman-teman beranjak menuju pantai untuk acara barbeque ikan dan cumi-cumi. Waaah
entah karena lapar atau memang sangat enak, aku makan lahap sekali hehehe …
Pagi-pagi sekali, aku
bangun dan bersepeda menuju Jembatan Cinta demi untuk melihat sunrise. Dan malang
sekali karena hujan turun, jadi sunrise tidak terlihat. Yaa sudah tidak
apa-apa. Akhirnya aku kembali pulang dalam keadaan hujan-hujanan. Sampai di
homestay, langsung sarapan pagi.
Selesai sarapan, aku
dan teman-teman berangkat menuju pantai untuk pergi snorkeling. Yeaaay … hal
ini yang selalu aku tunggu saat berlibur di pulau. Tidak berbeda dengan di
Pulau Pari, keindahan alam bawah laut disini tidak kalah indah. Disini banyak
sekali ikan-ikan cantik-cantik, terumbu karang memang tidak sepadat di Pulau
Pari, namun batu karangnya lebih ramah di kaki, jika tidak sedang menggunakan
kaki katak.
Aaaaah … selalu saja
waktu yang mengharuskan kami beranjak. Keberangkatan speedboat semakin dekat. Kami
pun pulang kembali ke homestay untujk mandi dan berkemas.
Sebelum pulang, aku
sempat melihat-lihat di sekitar sini ada semacam toko-toko yang menjual
baju-baju dan makanan-makanan khas kepulauan. Aku dan teman-temanku pun membeli
oleh-oleh disini. Setelah itu baru kami berangkat pulang menuju Pelabuhan
Marina, Ancol.
Setiap pulang dari
berlibur dari Kepulauan Seribu, yang aku rasakan seperti meninggalkan surga dunia.
Keindahan yang tidak dimiliki Kota Jakarta. Tempat yang indah. Tempat untuk
menjernihkan pikiran yang stress. Dan ketika kembali ke Jakarta, pikiran dan
hati siap untuk kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
PULAU BIRA
Setelah sebulan
berlalu, aku dan teman-temanku kembali mengunjungi Kepulauan Seribu. Kami ini,
kami akan mendatangi Pulau Bira. Letaknya lebih jauh dari Pulau Pari dan Pulau
Tidung. Aku dan teman-temanku berangkat dari Pelabuhan Muara Angke dan
membutuhkan waktu tiga jam perjalanan menaiki kapal motor untuk sampai ke Pulau
Bira.
Ini benar-benar
sesuatu yang menakjubkan dan sangat indah. Disini sangat alami dan aku bisa melihat
ikan lumba-lumba menari-nari di permukaan air laut. Rasanya jadi tidak sabar
untuk segera snorkeling. Pasti akan sangat indah di dalam laut sana.
Setelah melepas lelah
di homestay, aku dan teman-temanku pun berangkat snorkeling. Dan benar, disini
sangat indah. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ikan-ikan
berwarna-warni, besar kecil, lalu lalang kesana kemari. Banyak biota laut yang
begitu hidup. Seakan-akan kita menyatu dengan kehidupan mereka saat aku dan
teman-temanku melakukan snorkeling.
Lagi-lagi karena
waktu, karena hari mulai gelap, aku dan teman-temanku harus beranjak pulang ke
homestay. Karena kali ini kami tidak menggunakan tour guide, jadi kami hanya
melakukan acara bebas. Makan. Berkeliling pulau. Berfoto.
Esoknya aku dan
teman-temanku menikmati sunrise yang begitu indah. Perlahan-lahan, pada saat
matahari sedang mengintip, sampai matahari menjulang tinggi.
Pulau Bira. Surganya ikan-ikan
warna-warni. Indah sekali. Ciptaan Tuhan yan seharusnya kita syukuri karena
keindahan ini berada dekat dengan kita.
PULAU ONRUST, PULAU CIPIR DAN PULAU KELOR
Untuk perjalanan kali
ini, aku dan teman-temanku planning “One Day One Trip Three Islands” yaitu
Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau Kelor. Dan perjalanan ini hanya membutuhkan
biaya sekitar Sembilan puluh Sembilan ribu rupiah atau seratus ribu rupiah. Murah
kan?!
Aku dan teman-temanku
berangkat pagi-pagi dengan kapal motor dari Pelabuhan Muara Angke. Hanya
membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk sampai di Pulau Onrust, tujuan
pemberhentian pertama kami.
Sesampainya disana
kami berkeliling pulau yang memang pulaunya sangat kecil, jadi kami tidak
capek. Kami berfoto dan menikmati pemandangan lautan disini. Sayangnya,
perjalanan kali ini, tidak aka nada snorkeling. Aku dan teman-temanku hanya
berkeliling pulau saja menikmati pemandangan.
Tepat pukul dua belas
siang, aku dan teman-teman istirahat sejenak untuk makan siang. Sungguh rasanya
luar biasa bias makan di alam terbuka yang bersih seperti ini. Nikmat. Selesai makan
siang, aku dan teman-temanku melanjutkan perjalanan kami.
Tanpa terasa, waktu
sudah semakin sore, dan kami pun harus pulang ke Kota Jakarta. Kami menaiki
kapal motor menuju Pelabuhan Muara Angke. Goodbye Onrust. Goodbye Kepulauan
Seribu. Pada kesempatan lain, aku akan datang lagi kesini mengunjungi surga
Tuhan yang begitu indah ini.
Special thanks to my beloved friends and donatur :
Special thanks to my beloved friends and donatur :
- Bapak Yamid Moersidi dan Ibu Yuni Rahmiyati
- Bapak Baringin Toman Clay Manurung dan Ibu Sri Widjiastuti
- ANDAKIndik Adventure @ANDAKIndik_Adv
- Sdr. Sumarwijayanto Hardjowidjoyo @sumarwijayanto
- Sdr. Huma Adel @adeldoang